Banyak dari kita berhadapan dengan orang-orang yang melontarkan kritik tajam terhadap Alkitab, berkenaan dengan isi kebenaran historisnya. Orang-orang ini biasanya berkata bahwa Alkitab itu isinya sudah tidak asli, banyak ditambah-tambahi, tidak akurat, isinya hanya khayalan, dan tidak ada bukti-bukti dari sumber-sumber luar lainnya yang mengkonfirmasi kebenaran tulisan Alkitab. Dan karena Alkitab adalah Kitab Suci agama Yahudi dan Kristen, banyak orang berpendapat bahwa isinya berat sebelah dan tidak dapat dipercayai sebagai catatan sejarah yang benar, kecuali dikemukakan juga adanya bukti-bukti pendukung lainnya dari sumber-sumber di luar Alkitab. Dengan kata lain, Alkitab itu sudah terlebih dahulu dinyatakan bersalah sampai dapat dibuktikan jika tidak salah, dan tanpa adanya bukti-bukti luar akan menjadikan kisah-kisah tulisan Alkitab itu dalam dalam posisi diragukan kebenarannya. Orang-orang seperti ini tidak akan memberikan Alkitab sedikit pun pembenaran sama sekali.
Orang-orang seperti ini tidak memberlakukan prasyarat yang sama terhadap dokumen-dokumen kuno lainnya, meskipun banyak, bahkan sebagian besar, memiliki sifat-sifat religius. Dokumen-dokumen lain ini dianggap akurat, kecuali jika ada bukti-bukti yang menunjukkan hal sebaliknya. Dengan kata lain, untuk dokumen-dokumen kuno selain Alkitab, orang-orang itu akan selalu berasumsi bahwa semuanya TIDAK ada salahnya sampai dapat dibuktikan salah, dan bukan sebaliknya.
Meskipun tidak mungkin melakukan verifikasi terhadap setiap peristiwa di dalam Alkitab, namun penemuan-penemuan arkeologi sejak pertengahan tahun 1800-an telah membuktikan kebenaran dan tingkat kepercayaan tinggi terhadap kisah-kisah Alkitab. Sekarang ini kita cukup mengetahui bagaimana mengukur reliabilitas Kitab Suci sebagai suatu dokumen historis, dan Alkitab BENAR-BENAR bisa diukur kebenarannya.

Penemuan Ebla

Selama bertahun-tahun, para kritikus Perjanjian Lama berargumentasi bahwa para Patriarkh (bapa leluhur manusia) paling kuno (termasuk Abraham) tidak terlibat sama sekali dalam penulisan Kitab Suci. Mereka pada dasarnya mengklaim bahwa Musa adalah orang yang mengarang kisah-kisah yang ada di dalam Kitab Kejadian (bahkan jika Musa yang menuliskan itu semuanya). Mereka berargumen bahwa orang-orang purbakala pada zaman tersebut terlalu primitif untuk menuliskan dokumen-dokumen dengan sangat detailnya. Selain itu, para kritikus ini berargumentasi bahwa tidak ada verifikasi bahwa orang-orang dan kota-kota yang disebutkan di dalam catatan-catatan paling kuno di Alkitab, benar-benar sungguh ada.
ebla-7
ebla-2-7
Tablet Ebla
Namun, ditemukannya arsip-arsip Ebla di utara Syria pada tahun 1970-an telah mengkonfirmasi bahwa tulisan-tulisan Alkitab mengenai para Patriarkh itu masih terus terjadi. Selama penggalian-penggalian istana pada tahun 1975, para penggali menemukan sebuah perpustakaan besar (dalam sebuah ruang arsip kerajaan), yang dipenuhi dengan tablet-tablet (loh-loh) yang memiliki penanggalan antara tahun 2400-2300 SM. Ditemukan kurang lebih 15.000 tablet dan fragmen-fragmen, namun jika digabungkan bersama-sama, mereka berjumlah kira-kira 2.500 tablet. Tablet-tablet ini menunjukkan bahwa nama-nama orang dan lokasi-lokasi di dalam kisah para Patriarkh itu benar-benar asli. Selama bertahun-tahun, kritikus mengatakan bahwa nama “Kanaan” disebutkan secara keliru dalam pasal-pasal awal Alkitab; bahwa istilah itu tidak pernah digunakan pada zaman itu di dalam sejarah, sekaligus ingin membuktikan bahwa itu ditambahkan belakangan dan bahwa kitab-kitab paling awal tidak ditulis pada zaman seperti yang digambarkan. Namun di dalam Tablet-tablet Ebla, kata “Kanaan” ditemukan, berlawanan dengan klaim para kritikus. Tablet-tablet ini membuktikan bahwa istilah itu benar-benar digunakan secara nyata di Syria kuno selama zaman di saat Perjanjian Lama dituliskan.
Selain itu, para kritikus juga mengklaim bahwa kata “Tehom” (abyss, jurang, dasar lautan purbakala; diterjemahkan “kedalaman samudera raya” di Kejadian 1:2) adalah istilah tambahan yang belakangan dimasukkan ke dalam tulisan Alkitab, untuk menunjukkan bahwa kisah Penciptaan itu ditulis belakangan. Namun, kata “Tehom” juga ditemukan di dalam kosa-kata Tablet Ebla, dan sudah ada 800 tahun sebelum Musa! Bahkan, ada sebuah kisah Penciptaan yang tercatat dalam Tablet-tablet Ebla yang secara luar biasa sangat mirip dengan kisah Kejadian. Selain itu, kota-kota Sodom dan Gomora (yang dulunya dipikir hanyalah murni khayalan) juga diidentifikasi pada Tablet-tablet Ebla, demikian juga dengan kota Haran. Kota Haran ini digambarkan dalam Kejadian sebagai kota ayah Abram, Terah. Namun sesudah penemuan Tablet Ebla ini, para “ilmuwan” sekarang meragukan keberadaan kota kuno itu.
Penemuan Ebla mengokohkan kisah-kisah Alkitab dengan beberapa cara. Pertama, itu mengkonfirmasi lokasi-lokasi beberapa kota kuno yang telah lama diragukan keberadaannya. Kedua, itu juga mengkonfirmasi penggunaan beberapa istilah dan nama-nama yang sebelumnya juga diragukan. Ketiga, itu memberikan konfirmasi bahwa orang-orang kuno yang tinggal di kota Ebla (berjarak 150 mil dari Haran) adalah para sejarawan dan penulis yang pandai, fasih, dan teliti. Kritikus berargumentasi bahwa orang-orang kuno zaman itu TIDAK mampu membuat dan mendokumentasikan catatan yang rumit dan detail, namun sekali lagi, penemuan Tablet-tablet Ebla membuktikan sebaliknya. Masuk akal untuk percaya bahwa Abraham mencatat detail kisah-kisah mengenai kehidupannya dan keluarganya, yang kemudian catatan-catatan itu belakangan digunakan oleh Musa untuk menuliskan kisah yang sekarang ini kita miliki dalam Kitab Kejadian.

Konfirmasi Kuno Lain

Selain Tablet-tablet Ebla, penemuan-penemuan arkeologi lainnya juga mengkonfirmasi kebenaran kuno dan adat-istiadat yang digambarkan dalam kisah-kisah para Patriarkh. Adat-istiadat budaya ini dikonfirmasi dalam tablet-tablet tanah liat yang ditemukan dalam penggalian-penggalian kota-kota Nuzi dan Mari. Selain itu, penggalian-penggalian arkeologi di kota Bogazkoy, Turki telah mengkonfirmasi keberadaan bangsa Hittite (Het) yang dulunya disangka hanyalah legenda Alkitab (hingga ibukota dan catatan-catatan mereka ditemukan). Dengan cara yang sama, banyak juga orang-orang yang berpikir catatan Alkitab tentang kekayaan Salomo itu terlalu dibesar-besarkan. Namun, catatan-catatan yang ditemukan dari zaman lampau menunjukkan bahwa kekayaan dalam zaman purba berpusat pada raja, dan kekayaan Salomo sekarang dianggap benar-benar masuk akal.
hittite-7
Hittite (Het)
Para “ilmuwan” juga mengklaim bahwa tidak ada raja Assyria bernama Sargon seperti yang ditulis dalam Yesaya 20:1, (karena nama ini tidak dikenal di  dalam catatan-catatan lain). Namun arkeologi sekali lagi membuktikan bahwa kisah Alkitab itu benar. Istana Sargon ditemukan di Khorsabad, Iraq. Setiap peristiwa yang disebutkan Yesaya dalam pasal 20, bagaimana dia merebut kota Ashdod, semuanya tercatat pada dinding-dinding istana. Selain itu, fragmen-fragmen stela (tugu) peringatan kemenangan ini juga ditemukan ditemukan di kota Ashdod itu sendiri.
victory-stele-sargon-ii-7
Fragmen stela Sargon II di Ashdod
khorsabad-palace
Istana Sargon II di Khorsabad
Belshazzar, raja Babylonia, raja dalam sejarah lainnya yang juga diragukan kebenarannya oleh para kritikus. Belshazzar disebutkan dalam Daniel 5, namun menurut catatan historis non-Alkitab, raja terakhir Babylonia adalah Nabonidus. Namun, tablet-tablet telah ditemukan, yang mengungkapkan bahwa Belshazzar adalah putera Nabonidus dan Belshazzar bertindak sebagai raja kedua (coregent) di Babylonia. Jika demikian halnya, Belshazzar dapat menawarkan untuk memberikan kepada Daniel kedudukan sebagai “penguasa tertinggi ketiga dalam kerajaan” (seperti tercatat dalam Daniel 5:16) karena sanggup membaca dan mengartikan tulisan tangan di dinding istana, dan ini merupakan posisi tertinggi yang dimungkinkan. Sekali lagi, kita menemukan bukti bahwa catatan Alkitab bertindak sebagai “saksi mata” yang dikonfirmasi oleh arkeologi.
belsazar-7
Tablet Belshazzar
Namun bukan hanya raja-raja dan tokoh-tokoh terkenal saja yang telah diverifikasi secara arkeologi selama bertahun-tahun ini. Ada ribuan karakter-karakter yang “tidak begitu dikenal” dan relatif “kurang penting” dalam Alkitab yang dapat begitu gampang terlewatkan, jika bukan karena fakta bahwa arkeologi secara terus-menerus memberikan verifikasi terhadap keberadaan mereka. Salah satunya adalah Nebo-Sarsekim.
Nebo-Sarsekim disebutkan dalam Alkitab pada Kitab Yeremia 39. Menurut Yeremia, orang ini adalah “kepala perwira” dari Nebukadnezzar yang ada bersamanya saat pengepungan Yerusalem, ketika Babylonia menyerbu kota itu. Para “ilmuwan” yang skeptis meragukan pernyataan Yeremia ini.
Namun pada bulan Juli 2007, Michael Jursa, seorang profesor tamu dari Vienna, menemukan nama Nebo-Sarsekim (Nabu-sharrussu-ukin) tertulis pada sebuah tablet cuneiform (tulisan paku).
Inskripsi cuneiform Babylonia pada tablet tanah liat ini memberikan penerangan yang besar terhadap Kitab Yeremia pasal 39. Tablet ini menyebutkan nama dan gelar dari perwira tingkat tinggi Babylonia, yang menurut Yeremia, hadir pada saat pengepungan historis Yerusalem tahun 587 SM oleh Raja Nebukadnezzar II. Karena itu, tablet ini mengkonfirmasi keberadaan tokoh historis Alkitab tersebut.
Tablet ini kemudian diterjemahkan Dr. Michael Jursa, yang bekerja di pusat studi Departemen Timur Tengah. Teks itu menceritakan perwira Babylonia mengirim sejumlah emas, rupanya sebagai persembahan, ke Esangila, kuil dewa utama BabyloniaMarduk:
(Mengenai) 1,5 mina (0,75 kg) emas, milik Nabu-sharrussu-ukin, kepala sida-sida, yang telah dia kirim melalui sida-sida Arad-Banitu ke [kuil] Esangila: Arad-Banitu telah menyerahkan [itu] ke Esangila.
Di hadapan Bel-usat, putera Aplaya, pengawal kerajaan, [dan] Nadin, putera Marduk-zer-ibni.
Bulan XI, hari 18, tahun 10 [dari] Nebukadnezzar, raja Babylon.
Nama kepala sida-sida (Nabu-sharrussu-ukin dalam abjad tulisan Babylon) menjadi Nebo-Sarsekim dalam Alkitab. Ini disingkat karena teks Ibrani aslinya ditulis tanpa huruf hidup (N-b-w-sh-r-s-k-y-m). Hubungan dengan bentuk Babylonia dapat dilakukan paling baik dengan membandingkannya dengan konsonan Ibrani. Nama ini mewakili sebuah usaha untuk mencatat sebuah nama asing orang Babylonia, dimana detail-detail hurufnya belum dikenal.
Kita mengetahui dari teks cuneiform sezaman, bahwa kepala sida-sida merupakan salah satu pemimpin pasukan Babylonia dan termasuk di antara para perwira tertinggi dalam pemerintahan Babylonia. Hanya ada satu orang saja yang diberikan gelar ini dalam satu waktu. Jadi Nabu-sharrussu-ukin dan Nebo-Sarsekim jelas-jelas merupakan orang yang sama.
Tablet ini memiliki penanggalan pada tahun ke-10 dari pemerintahan Nebukadnezzar II, 595 SM, 12 tahun sebelum pengepungan Yerusalem, dan sekali lagi meneguhkan penanggalan dan catatan Alkitab.
Ada beberapa contoh figur-figur Alkitab (selain raja-raja) sezaman yang jelas-jelas dapat diidentifikasi oleh sumber-sumber di luar Alkitab. Ini membuat hubungan antara tablet ini dengan Kitab Yeremia pasal 39 seluruhnya menjadi luar biasa.
nabo-sarsekim-7
Tablet Nebo-Sarsekim
Karakter “kurang terkenal” lainnya (atau keluarga dalam kasus ini) yang tertulis dalam Alkitab juga telah dikonfirmasi secara arkeologi. Bulan Januari 2008, arkeolog menemukan sebuah meterai batu yang menyandang tulisan nama salah satu keluarga yang berkedudukan sebagai hamba-hamba di Bait Suci Pertama (yang kemudian kembali ke Yerusalem sesudah pembuangan di Babylonia). Meterai ini ditemukan dalam sebuah penggalian arkeologi di Kota Daud, Yerusalem. Itu sudah berumur 2.500 tahun pada waktu ditemukan, dan padanya tertulis nama “Temach” yang diukirkan pada permukaannya. Itu ditemukan di antara puing-puing bertingkat dalam sebuah penggalian di luar tembok-tembok Kota Tua di dekat Pintu Gerbang Sampah. Menurut Kitab Nehemia, keluarga Temach adalah hamba-hamba di Bait Suci Pertama dan dibuang ke Babylonia menyusul kehancurannya oleh orang Babylonia pada tahun 586 SM. Nehemia mencatat mereka di antara banyak keluarga-keluarga lainnya dalam Nehemia 7:6,46,55:
“Inilah anak-anak daerah yang pulang dari pembuangan, para tawanan yang telah Nebukadnezzar, raja Babilon bawa ke pembuangan dan yang kembali ke Yerusalem dan ke Yehuda, masing-masing ke kotanya… Inilah para hamba bait suci (Nethinim)… anak-anak Temah.” (ILT)
Meterai salah satu anggota keluarga Temach ditemukan beberapa belas meter dari wilayah Opal, dimana hamba-hamba Bait Suci, atau “Nethinim” tinggal pada zaman Nehemia.
temach-7
Meterai Temach
Arkeologi juga mengkonfirmasi lebih dari sekedar individu-individu dan kelompok-kelompok orang yang tercatat dalam Perjanjian Lama. Lagi dan lagi, arkeologi mengkonfirmasi fakta-fakta sejarah yang dulunya diragukan oleh “para ahli.” Salah satu contoh, para sejarawan dulunya meragukan kisah historis Nehemia mengenai restorasi kota Yerusalem seperti yang tercatat dalam Alkitab. Nehemia hidup pada periode ketika Yehuda merupakan sebuah provinsi dari Kerajaan Persia, dan dia tiba di Yerusalem sebagai gubernur pada tahun 445 SM. Dengan ijin Raja Persia, dia memutuskan untuk membangun kembali dan merestorasi kota itu sesudah kehancuran Bait Suci Pertama oleh orang Babylonia (yang terjadi satu abad sebelumnya, tahun 586 SM). Kitab Nehemia mencatat perbaikan tembok Yerusalem ini diselesaikan dalam waktu 52 hari, dan banyak ahli sejarah tidak percaya jika ini benar, karena tembok itu sendiri tidak pernah ditemukan. Namun pada bulan November 2007, sisa-sisa tembok ini ditemukan dalam sebuah penggalian arkeologi di Kota Daud, Yerusalem kuno, sekaligus mengokohkan klaim bahwa istana Raja Daud juga ditemukan di situs tersebut. Para ahli sekarang sepakat bahwa tembok itu ditemukan bersamaan dengan istana raja, dan sekali lagi Kitab Suci Perjanjian Lama dikonfirmasi kebenarannya.
tembok-nehemia-7
Tembok Nehemia

Catatan Kuno tentang Air Bah

Namun dari semua kisah historis Alkitab, mungkin yang paling banyak diragukan kebenarannya adalah kisah Alkitab tentang Air Bah (seperti yang dituliskan dalam Kejadian 6-9). Tetapi yang terjadi justru sebaliknya; peristiwa yang paling diragukan ini juga merupakan yang paling ditemukan dokumentasinya secara arkeologis. Sejumlah dokumen Babylonia telah ditemukan yang menggambarkan banjir yang sama. Daftar Raja-raja Sumeria, contohnya, menuliskan daftar raja-raja yang memerintah untuk waktu-waktu yang sangat lama. Kemudian sebuah Banjir Besar datang. Menyusul banjir itu, dokumen-dokumen Babylonia ini mencatat bahwa raja-raja Sumeria memerintah untuk waktu yang jauh lebih singkat. Hal seperti ini punya pola yang sama dengan yang ditemukan dalam Alkitab. Manusia mempunyai jangka waktu hidup yang sangat panjang sebelum Air Bah, dan jangka waktu hidup yang pendek sesudah Air Bah. Selain itu, tablet nomer 11 dari Epik Gilgamesh menceritakan tentang sebuah bahtera, binatang-binatang yang dibawa ke dalam bahtera, burung-burung yang dikirim keluar selama jangka waktu banjir, dan bahtera ini mendarat di sebuah pegunungan, dan suatu kurban dipersembahkan sesudah bahtera ini mendarat.
Demikian juga fakta bahwa kisah-kisah Banjir Besar ditemukan di antara hampir SEMUA bangsa-bangsa dan suku-suku. Ada kira-kira 270 kisah-kisah yang sudah dikenal mengenai peristiwa terjadinya Banjir Besar. Meskipun tradisi-tradisi ini sudah termodifikasi melintasi banyak zaman-zaman selama ribuan tahun, dan sebagian berisi hal-hal yang fantastis, namun sebagian besar dari padanya memiliki dasar-dasar umum yang sama:
  • 88% di antaranya mengkhususkan seorang tokoh atau keluarga yang terpilih.
  • 70% berbicara tentang penyelamatan diri dengan sebuah kapal.
  • 66% memandang bahwa Air Bah datang sebagai akibat perbuatan-perbuatan umat manusia yang sangat jahat.
  • 67% berbicara mengenai binatang-binatang yang diselamatkan bersama-sama dengan manusia tersebut.
  • 57% mencatat bahwa yang selamat ini sampai di sebuah pegunungan.
  • 66% mengindikasikan bahwa sang pahlawan menerima peringatan akan datangnya malapetaka ini.
Para kritikus seringkali mengklaim bahwa kisah-kisah Banjir Besar ini muncul belakangan karena adanya hubungan dengan para misionaris Kristen, namun klaim seperti ini tidak dapat dipertahankan. Sebagian besar kisah-kisah ini dikumpulkan dan didokumentasikan oleh para ahli anthropologi yang tidak tertarik dengan usaha mengkonfirmasi kebenaran Alkitab. Selain itu, kisah-kisah umum tentang Banjir Besar di seluruh dunia ini dipenuhi dengan berbagai unsur-unsur paganisme dan isinya yang fantastis, yang merupakan bukti adanya akibat dari diceritakannya kisah ini secara turun-temurun, dan dari mulut ke mulut dalam suatu periode yang sangat panjang, di dalam komunitas-komunitas yang tidak mengenal Alkitab. Perlu dicatat juga bahwa catatan-catatan kuno ini ditulis oleh bangsa-bangsa yang sangat menentang tradisi Yahudi-Kristiani.
Kisah Banjir Besar dari seluruh dunia bisa dibaca di sini.

Ada Catatan-catatan Historis Umum Lainnya

Selain kisah Banjir Besar, ada kisah-kisah non-Alkitab lainnya yang mencatat peristiwa-peristiwa yang juga ditemukan di dalam Alkitab. Kisah Adapa menceritakan tentang suatu ujian terhadap imortalitas yang melibatkan makanan, senada dengan kisah Adam dan Hawa dan buah pohon pengetahuan baik dan jahat di Taman Eden. Tablet-tablet Sumeria mencatat kekacauan bahasa sama seperti yang kita miliki di dalam kisah Alkitab tentang Menara Babel (Kejadian 11:1-9). Kisah ini mencatat suatu zaman keemasan ketika seluruh umat manusia berbicara dalam bahasa yang sama. Bahasa kemudian dikacaukan oleh dewa Enki, penguasa kebijaksanaan. Orang Babylonia mempunyai kisah yang mirip dimana dewa-dewa menghancurkan sebuah kuil menara dan “mencerai-beraikan mereka dan membuat bahasa mereka saling asing.”

Dan Masih Banyak Lagi Lainnya

Selain semuanya ini, ada banyak peristiwa-peristiwa Alkitab yang sekarang telah dikonfirmasi oleh sumber-sumber di luar Alkitab. Banyak buku-buku yang telah ditulis mengenai hal ini, beberapa contoh antara lain:
shishak-karnak
Tembok Kuil Amun di Thebes, Mesir
shishak-karnak-9
Tembok Kuil Amun di Thebes, Mesir
Daftar 187 kota yang ditaklukkan Firaun Shishak. Shishak menginvasi Israel pada 926 SM (1 Raja 11:40;14:25-26; 2 Tawarikh 12:2-9)
shishak-karnak-2
Tembok Kuil Amun di Thebes, Mesir
Penyerbuan ke Israel oleh Firaun Shishak (1 Raja 14:25-26) tercatat pada tembok-tembok Kuil Amun di Thebes, Mesir.
moabite-stela-7
Inskripsi Mesha
Pemberontakan Moab terhadap Israel (2 Raja 1:1; 3:4-27) tercatat pada Inskripsi Mesha.
sargon-2-inscription-9
Tembok Istana Sargon II
Kejatuhan Samaria (2 Raja 17:3-6,24;18:9-11) oleh Sargon II, raja Assyria, tercatat pada tembok-tembok istananya.
Kekalahan Ashdod oleh Sargon II (Yesaya 20:1) tercatat pada tembok-tembok istananya.
taylor-prism-7
Prisma Taylor
Penyerangan raja Assyria, Sanherib terhadap Yehuda (2 Raja 18:13-16) tercatat pada Prisma Taylor.
lachis-relief-7
Relief-relief Lakhis
lachish_relief-7
Relief-relief Lakhis
Pengepungan Lakhis oleh Sanherib (2 Raja 18:14,17) tercatat pada relief-relief Lakhis.
esarhaddon-annals-3
Esarhaddon
Pembunuhan Sanherib oleh anak-anaknya sendiri (2 Raja 19:37) tercatat dalam catatan tahunan puteranya, Esarhaddon.
nabopolassar-cylinder-7
Tablet Nabopolassar
Kejatuhan Niniwe seperti yang dinubuatkan oleh nabi Nahum dan Zefanya (2 Raja 2:13-15) tercatat pada Tablet Nabopolassar.
babylonia-chronicle-7
Catatan Sejarah Babylonia
Kejatuhan Yerusalem oleh Nebukadnezzar, raja Babylonia (2 Raja 24:10-14) tercatat pada Catatan Sejarah Babylonia.
jehoiachin-ration-7
Catatan Ransum Babylonia
Penawanan Yoyakhin, raja Yehuda, di Babylonia (2 Raja 24:15-16) tertulis pada Catatan Ransum Babylonia.
cyrus-front-7
Silinder Koresh
Kejatuhan Babylonia terhadap Media dan Persia (Daniel 5:30-31) tercatat pada Silinder Koresh.
cyrus-back-7
Silinder Koresh
Pembebasan tawanan di Babylonia oleh Koresh yang Agung (Ezra 1:1-4;6:3-4) tercatat pada Silinder Koresh.

Apakah Mereka Bersikap Adil?

Selama bertahun-tahun, para kritikus meragukan kebenaran catatan kisah-kisah Alkitab, bukan karena keberadaan bukti-bukti arkeologi yang MENYANGGAH kebenaran Alkitab, namun hanya karena tidak ditemukannya bukti-bukti arkeologi yang MENDUKUNG pernyataan-pernyataan Alkitab. Pada intinya, karena tidak ada sesuatu untuk membuktikan Alkitab itu tidak bersalah, mereka sudah berasumsi Alkitab itu bersalah dan isinya hanyalah kebohongan. Apakah ini benar-benar sikap yang adil? Bahkan sekarang, meskipun para kritikus akan mengakui bahwa sebagian besar yang tertulis dalam Alkitab itu sudah terkonfirmasi secara arkeologis, namun tetap saja mereka berargumentasi bahwa konfirmasi-konfirmasi di luar Alkitab terhadap SEBAGIAN isi Alkitab ini tidak merupakan konfirmasi terhadap SELURUH Alkitab. Itu memang benar, namun dengan begitu banyaknya konfirmasi dari catatan-catatan arkeologis kuno, mengapa para kritikus ini berasumsi bahwa Alkitab itu sejak semula sudah berisi kebohongan, sampai dipaksa untuk mengakui kebenaran, dibawah tekanan, dengan semakin banyaknya bukti-bukti arkeologis yang ditemukan. Mengapa harus menganggap Alkitab itu bersalah, hingga dapat dibuktikan tidak bersalah?
Mungkin itu karena Alkitab, tidak seperti catatan-catatan sekuler dan sejarah-sejarah kuno lainnya, yang tidak hanya menceritakan tentang kisah orang-orang kuno, tetapi juga menceritakan kisah tentang Elohim purbakala yang memiliki suatu rencana terhadap kehidupan manusia, dan suatu harapan yang dituntut dari manusia berkenaan dengan rencana Elohim tersebut.
Apakah mereka menolak kebenaran Alkitab ini karena tidak nyaman dengan kebenaran historis isi Alkitab, ataukah mereka tidak nyaman dengan Yahweh Elohim yang akan menuntut pertanggungjawaban dari setiap manusia karena tidak percaya akan firman-Nya?
Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Yohanes 12:48 (TB)

Baca:

Referensi: