Dalam abad-abad sesudah penghancuran Bait Suci di Yerusalem (tahun 70 M), orang-orang Yahudi mulai menulis dua versi pemikiran, sejarah dan uraian religius Yahudi. Yang satu ditulis di Palestina dan dikenal sebagai Talmud Yerusalem (Yerushalmi). Yang lainnya ditulis di Babel dan dikenal sebagai Talmud Babilonia (Bavli).
Kita membaca dalam Talmud Yerusalem:
“Empat puluh tahun sebelum penghancuran Bait Suci, pelita barat padam, benang merah tetap merah, dan bagian undi bagi YAHWEH selalu muncul di tangan kiri. Mereka akan menutup pintu-pintu gerbang Bait Suci pada malam hari dan bangun di pagi hari dan mendapati itu terbuka lebar “(Jacob Neusner, The Yerushalmi, hal. 156-157). [Bait Suci dihancurkan pada tahun 70 M]
Bagian serupa dalam Talmud Babilonia menyatakan:
“Para rabbi kami mengajar: Selama empat puluh tahun terakhir sebelum penghancuran Bait Suci, bagian undi [‘bagi YAHWEH’] tidak muncul di tangan kanan; tidak juga pengikat warna merah menjadi putih; dan tidak juga pelita paling barat bersinar, dan pintu-pintu Hekel [Bait Suci] terbuka sendiri “(versi Soncino, Yoma 39b).
Satu teks tambahan menyatakan:
“dan telah diajarkan lebih lanjut: ‘Selama empat puluh tahun sebelum penghancuran Bait Suci, kain kirmizi tidak pernah berubah menjadi putih, tetapi tetap merah.'” (Bavli Rosh Hashanah 31b).
Apa yang dibicarakan dalam ayat-ayat ini? Karena kedua Talmud menceritakan informasi yang sama, ini mengindikasikan bahwa pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa ini diterima oleh komunitas Yahudi yang tersebar luas.

Keajaiban “Undi”

Yang pertama dari keajaiban-keajaiban ini berhubungan dengan pemilihan acak bagian “undi” yang dilemparkan pada Hari Raya Penebusan (Yom Kippur). Undi yang terpilih menentukan yang mana dari dua ekor kambing yang akan menjadi “bagi YAHWEH” dan kambing mana yang menjadi “bagi Azazel” atau “kambing hitam.”
Imamat 16:8 (ILT) Dan Harun harus membuang undi atas kedua kambing itu, satu undi bagi YAHWEH dan satu undi lagi untuk Azazel.
Selama dua ratus tahun sebelum tahun 30 M, ketika Imam Besar mengambil salah satu dari dua batu (hitam dan putih), sekali lagi pilihan ini diatur secara acak (hukum probabilitas), dan setiap tahun imam akan mendapati kemunculan batu hitam sama seringnya dengan batu putih. Tapi selama empat puluh tahun berturut-turut, dimulai pada tahun 30 M, batu hitam itu selalu terpilih oleh Imam Besar! Kemungkinan terjadinya peristiwa ini secara berturut-turut selama empat puluh tahun adalah hampir mustahil (2 pangkat 40). Dengan kata lain, kemungkinan ini terjadi adalah 1 banding 5.479.548.800 atau sekitar 5,5 miliar banding satu! Sebagai perbandingan, peluang Anda memenangkan lotere atau undian di sebuah kota lokal adalah jauh lebih besar!
Undi bagi Azazel, batu hitam, bertentangan dengan segala hukum probabilitas, muncul 40 kali berturut-turut dari mulai tahun 30 sampai 70 M! Ini dianggap sebagai kejadian mengerikan dan menandakan sesuatu telah berubah secara fundamental dalam upacara Yom Kippur (Hari Raya Penebusan). Pembuangan undi ini juga disertai keajaiban lain yang akan dijelaskan selanjutnya.

Keajaiban Tali Merah

Keajaiban kedua berhubungan dengan tali merah atau kain kirmizi (merah darah) yang diikatkan pada kambing Azazel. Secarik bagian dari kain merah ini juga dikoyakkan dari kambing dan diikatkan ke pintu Bait Suci. Setiap tahun, kain merah di pintu Bait Suci ini berubah menjadi putih seolah menandakan penebusan Yom Kippur tahun itu diterima oleh YAHWEH. Peristiwa tahunan ini terjadi hingga sampai tahun 30 M ketika kain kirmizi itu tetap berwarna merah darah setiap tahunnya hingga sampai pada waktu penghancuran Bait Suci tahun 70 M. Hal ini tanpa diragukan lagi menimbulkan banyak kegemparan dan kekhawatiran di kalangan orang-orang Yahudi. Praktik tradisional ini terkait dengan bangsa Israel yang mengakui dosa-dosanya dan secara seremonial meletakkan seluruh dosa bangsa ini ke atas kambing Azazel. Dosa-dosa ini kemudian dihapuskan oleh kematian kambing ini. Dosa diwakili oleh warna merah darah pada kain kirmizi (warna darah). Tetapi kain itu tetap merah padam, yang artinya dosa-dosa Israel tidak diampuni dan “dijadikan putih.”
Seperti yang difirmankan Elohim kepada Israel melalui nabi Yesaya:
Yesaya 1:18 (ILT) “Datanglah sekarang, dan biarlah kita berperkara bersama! YAHWEH berfirman, Sekalipun dosa-dosamu seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju, sekalipun merah seperti lembayung, akan menjadi putih seperti bulu domba.
Indikasi yang jelas adalah bahwa keseluruhan komunitas Yahudi telah kehilangan perhatian YAHWEH sehubungan dengan “sesuatu peristiwa” yang terjadi pada tahun 30 M. Penebusan tahunan yang dicapai melalui pelaksanaan upacara Yom Kippur tidak terealisasi seperti yang diharapkan. Penebusan nampaknya harus diperoleh melalui cara lain. Siapa atau apa yang akan menyediakan penebusan untuk tahun selanjutnya?
Mengenai tali merah, meskipun tidak disebutkan dalam Kitab Suci dan jauh sebelum tahun 30 M, selama 40 tahun Simon Tzaddik (Orang Benar) menjabat Imam Besar, sebuah benang merah yang dikaitkan dengan orang itu selalu menjadi putih saat ia memasuki bagian paling dalam Bait Suci di Ruang Maha Kudus. Orang-orang memperhatikan hal ini. Juga, mereka mencatat bahwa “undi bagi YAHWEH” (bagian putih) muncul selama 40 tahun berturut-turut selama jabatan imamat Simon. Mereka mencatat bahwa “undi” yang dipilih oleh para imam besar sesudah Simon kadang-kadang berwarna hitam, dan terkadang berwarna putih, dan benang merah itu kadang-kadang menjadi putih, dan terkadang tidak. Orang-orang Yahudi mulai percaya bahwa jika benang merah itu menjadi putih, Elohim menerima ritual Yom Kippur (Hari Raya Penebusan) dan bahwa Israel dapat yakin bahwa Elohim telah mengampuni dosa-dosa mereka. Tapi sesudah tahun 30 M, benang merah itu tidak pernah berubah menjadi putih lagi selama 40 tahun, sampai tahun penghancuran Bait Suci dan berhentinya semua upacara-upacara Bait Suci!
Apa yang telah dilakukan bangsa Yahudi pada tahun 30 M sehingga mendapatkan perubahan seperti itu pada Yom Kippur? Melalui beberapa catatan, pada tanggal 5 April 30 M (yaitu tanggal 14 Nisan, hari pengorbanan Paskah), Mesias, Yeshua, terputus dari Israel, Dia dihukum mati sebagai korban penebus dosa. Terhadap peristiwa ini telah terjadi transfer penebusan yang kini tidak lagi dapat dicapai melalui dua ekor kambing yang dipersembahkan pada Yom Kippur. Sama seperti anak domba Paskah yang tidak bersalah, Mesias dihukum mati meskipun tidak ada kesalahan yang ditemukan di dalam Dia! Tetapi tidak seperti kurban-kurban Bait Suci atau peristiwa-peristiwa Yom Kippur (seperti yang dijelaskan di atas) di mana dosa hanya ditutupi untuk sementara waktu, pengorbanan Mesianik datang disertai janji pengampunan dosa melalui kasih karunia yang diberikan oleh Elohim kepada mereka yang mau menerima hubungan pribadi dengan Mesias. Ini pada dasarnya adalah peristiwa satu kali untuk seumur hidup masing-masing orang dan bukan serangkaian upacara tahunan dan kurban-kurban binatang secara terus-menerus. Mekanisme penyediaan pengampunan dosa telah berubah pada tahun 30 M.

Keajaiban Pintu-pintu Gerbang Bait Suci

Keajaiban berikutnya, yang diketahui oleh para penguasa Yahudi, adalah bahwa pintu-pintu Bait Suci terayun terbuka setiap malam tanpa perbuatan tangan manusia. Hal ini juga terjadi selama empat puluh tahun, dimulai pada 30 M. Otoritas Yahudi terkemuka saat itu, Yohanan ben Zakkai, menyatakan bahwa ini adalah pertanda malapetaka yang akan datang, bahwa Bait Suci itu sendiri akan hancur.
Talmud Yerusalem menyatakan:
“Empat puluh tahun sebelum penghancuran Bait Suci, pelita barat padam, benang merah itu tetap merah, dan undi bagi YAHWEH selalu muncul di tangan kiri. Mereka akan menutup pintu-pintu gerbang Bait Suci pada malam hari dan bangun di pagi hari dan menemukan itu terbuka lebar”.
“Kata Rabban Yohanan Ben Zakkai kepada Bait Suci, ‘Hai Bait Suci, mengapa engkau menakut-nakuti kami? Kami tahu bahwa engkau akan berakhir hancur. Karena telah dikatakan, ‘Bukalah pintu-pintu, hai Libanon, supaya api dapat melahap pohon-pohon arasmu ‘”(Zakharia 11:1)’ (Yoma 6:3 [33b]).
Yohanan Ben Zakkai adalah pemimpin komunitas Yahudi selama masa sesudah penghancuran Bait Suci pada tahun 70 M, ketika pemerintahan Yahudi dipindahkan ke Jamnia, sekitar tiga puluh mil sebelah barat Yerusalem.
Kemungkinan pintu-pintu gerbang terbuka juga menandakan bahwa semua orang kini boleh memasuki Bait Suci, bahkan sampai kepada bagian-bagian kudus yang paling dalam. Bukti-bukti yang didukung oleh keajaiban-keajaiban yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa kehadiran YAHWEH telah meninggalkan Bait Suci. Ini bukan lagi tempat bagi para Imam Besar saja, tapi pintu-pintu gerbang terayun terbuka bagi semua orang untuk masuk ke rumah penyembahan YAHWEH.

Keajaiban Menorah Bait Suci

Keajaiban keempat adalah pelita yang terpenting dari tujuh kaki pelita Menorah di Bait Suci padam, dan tidak mau menyala. Setiap malam selama 40 tahun (lebih dari 12.500 malam berturut-turut) lampu utama kaki dian (Menorah) Bait Suci mati dengan sendirinya, meskipun segala upaya dan tindakan pencegahan dilakukan para imam untuk melindungi terhadap kejadian ini!
Ernest L. Martin menyatakan:
“Sebenarnya, kita diberitahu di dalam Talmud bahwa pada petang hari, pelita-pelita yang dipadamkan pada siang hari (empat lampu tengah tidak dinyalakan, sedangkan dua lampu timur biasanya menyala selama siang hari) harus dinyalakan kembali dari api yang dari pelita barat (yang merupakan pelita yang seharusnya tetap menyala sepanjang waktu seperti nyala ‘abadi’ yang kita lihat sekarang ini di beberapa monumen nasional) …
“‘Pelita barat’ inilah yang harus dijaga menyala di sepanjang waktu. Karena alasan itu, para imam menyimpan persediaan ekstra minyak zaitun dan menyiapkan suplai peralatan-peralatan lainnya untuk memastikan bahwa ‘lampu barat’ akan tetap menyala (dalam segala situasi). Tapi apa yang terjadi selama empat puluh tahun sejak tahun Mesias mengatakan bahwa Bait Suci fisik akan dihancurkan? Setiap malam selama empat puluh tahun pelita barat padam, dan ini terlepas dari usaha para imam setiap petang mempersiapkan pelita barat dengan cara khusus, supaya itu tetap menyala sepanjang malam! ” (The Significance of the Year CE 30, Ernest Martin, Research Update, April 1994, hal. 4).
Sekali lagi, peluang terjadinya pelita yang terus-menerus padam setiap malam selama empat puluh tahun adalah hampir mustahil. Sesuatu yang luar biasa sedang terjadi. “Terang” dari Menorah yang mewakili koneksi dengan Elohim, Roh-Nya, dan Hadirat-Nya sekarang telah tiada. Demonstrasi peristiwa-peristiwa khusus ini terjadi dimulai sejak penyaliban Mesias!
Harus jelas bagi akal sehat bahwa tidak ada cara alami untuk menjelaskan keempat tanda ini berhubungan dengan tahun 30 M. Satu-satunya penjelasan yang mungkin harus bersifat supranatural.
Sesudah tahun 30 M, dan kematian Mesias, kesusahan besar dan pencobaan-pencobaan yang mengerikan mulai menimpa bangsa Yahudi. Yeshua sendiri menubuatkannya. Sementara Dia dibawa pergi untuk disalibkan, Yeshua memperingatkan para wanita Yerusalem:
Lukas 23:28 (ILT) Dan sambil berpaling kepada mereka, YESHUA berkata, “Hai putri-putri Yerusalem, janganlah menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! 29 Sebab lihatlah, masanya akan tiba, yang di dalamnya mereka akan berkata: Berbahagialah dia yang mandul dan rahim yang tidak pernah melahirkan dan buah dada yang tidak pernah menyusui. 30 Pada waktu itu mereka akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah ke atas kami! Dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! 31 Sebab jikalau orang berbuat hal-hal ini terhadap kayu bergetah, apakah yang akan terjadi terhadap yang kering?”
Ketika kita melihat secara obyektif peristiwa-peristiwa pada tahun 30 Masehi, siapakah yang bisa meragukan bahwa ini adalah tahun penyaliban dan kebangkitan Mesias sejati yang diutus Elohim kepada Israel? Siapakah yang bisa menyangkal bahwa Dia adalah satu-satunya Mesias sejati? Siapakah lagi yang telah menggenapi seluruh nubuat-nubuat Perjanjian Lama – termasuk nubuat Daniel 9 yang menakjubkan dan “70 minggu,” tiba pada tahun yang sama yang telah diprediksi untuk kemunculan Mesias?
Daniel 9:26 (ILT) Dan sesudah enam puluh dua pekan, Mesias akan disingkirkan dan tidak ada apa pun lagi pada-Nya. kemudian rakyat dari seorang penguasa, sambil datang menyerbu, mereka memusnahkan kota dan tempat kudus itu. Dan pada akhirnya akan ada air bah, bahkan sampai akhir, akan ada peperangan yang menghancurkan yang telah ditetapkan.

Sumber Informasi Tambahan:

Tiga penjelasan berikut berasal dari halaman depan sebuah buku kecil berjudul: Mesias dalam Targum, Talmud dan Tulisan-tulisan Rabbi. 1971. oleh F. Kenton Beshore.
“TARGUM
Terjemahan bahasa Aramaik dari Alkitab Yahudi. Ini menjadi bagian dari literatur tradisional Yahudi, dan permulaan terbentuknya adalah pada awal masa BAIT SUCI KEDUA. Penggunaan istilah “Targum” itu sendiri terbatas pada Versi Aramaik dari Alkitab. … Sebagai tafsiran teks Ibrani dari Alkitab, Targum memiliki tempat baik dalam liturgi sinagoga dan dalam pengajaran Alkitab, sementara pembacaan teks Alkitab digabungkan dengan Targum di hadapan jemaat yang berkumpul untuk ibadah umum adalah instruksi kuno yang berasal dari penanggalan zaman BAIT SUCI KEDUA, dan dapat ditelusuri kembali sampai kepada Ezra oleh para Rabbi ketika dia menafsirkan kata “MEFORASH”. …  sebagai referensi kepada Targum. –Jewish Encyclopedia (vol. 12, hal. 57, kolom. a, b.)
‘”TARGUM PALESTINA” (atau Targum Yerushalmi). “Sebuah tanggapan tertulis dari Hai Gaon yang dikutip dengan mengacu kepada Targumim, menjawab pertanyaan mengenai Targum dari tanah Israel (Palestina) dengan kata-kata berikut: “Kami tidak tahu siapa yang menyusunnya, kami juga tidak tahu Targum ini yang dari padanya kami telah mendengar hanya beberapa bagian. Jika ada tradisi di antara mereka (orang-orang Palestina) yang telah dijadikan subjek wacana publik sejak zaman CHAZAL (orang-orang bijak) KUNO. … itu harus dianggap SAMA DIHORMATI SEPERTI TARGUM KITA, karena jika tidak demikian mereka tidak akan membiarkannya. Tapi jika itu kurang kuno, itu tidak otoritatif.” –Jewish Encyclopedia(vol 12, hal. 7, kol b).
“TALMUD
Nama dari dua karya kompilasi tulisan yang telah dipresentasikan kepada anak cucu sebagai produk dari sekolah-sekolah Palestina dan Babilonia selama periode Amora yang berlangsung dari abad ketiga sampai kelima, Masehi. Salah satu dari kompilasi ini berjudul, “Talmud Yerushalmi” (Talmud Yerusalem), dan satunya Talmud Bavli (Talmud Babilonia). Secara linguistik, Talmud Palestina berbahasa Aramaik. … Aramaik, yang mengasumsikan bentuk sastra tetap di Yerusalami, hampir sama dengan karya-karya tulisan midrashik Palestina paling awal, perbedaan mereka hanya dalam beberapa kekhasan, kebanyakan ortografi. … Edisi lengkap Talmud Babilonia yang pertama dicetak di Venesia, 1520-23, oleh Daniel Bomberg, dan telah menjadi dasar, sampai hari ini, dari sejumlah besar edisi-edisi lain. –Jewish Encyclopedia (vol 12, hal. 7. kol. b).